Propaganda Taliban telah berkembang menjadi sebuah hubungan kepada publik luar yang sangat canggih yang dapat mempengaruhi persepsi dan pandangan terhadap Afganistan, hal ini telah terjadi semenjak kejatuhan pemerintah nasional Afganistan pada tahun 2001. Para pemberontak dengan mudah menggunakan rasa keterasingan warga yang disebabkan oleh janji-janji pemerintah yang dilanggar selama bertahun-tahun, korupsi dari pejabat pemerintah dan juga jatuhnya banyak korban sebagai akibat dari adanya serangan udara dan tindakan militer lainnya. Hal ini menyebabkan dukungan untuk rasa nasionalisme kepada negara menjadi melemah, meskipun dukungan untuk Taliban tidak begitu banyak. Seorang pejabat Amerika di Afganistan mengatakan bahwa jika kita ingin mengembalikan keadaan seperti semula maka kita tidak bisa lagi menjadi seorang komunikator yang pasif.
Taliban memanfaatkan keadaan dari keretakan antara Washington dan Kabul dan juga meremehkan pemerintahan Afganistan sebagai “negara boneka”. Kelompok Taliban juga berusaha untuk meyakinkan kepada warga Afganistan bahwa mereka memiliki strategi khusus untuk mengatur sebuah negara yang baru, menghadirkan negara baru yang bebas dari korupsi dan melindungi hak-hak perempuan, yang mana dulu pernah menjadi sebuah isu saat Taliban pertama kali mengendalikan negara pada tahun 1996 hingga 2001.
Saat front propaganda melalui juru bicara resmi Taliban berusaha untuk mempengaruhi dunia, kampanye propaganda di tingkat desa penting untuk dilakukan demi merekrut pemuda dan memperoleh dukungan dari warga lokal. Masjid adalah tempat favorit Taliban untuk menyakinkan penduduk desa bahwa psukan internasional sedang berperang melawan Islam dan itu adalah kewajiban suci mereka untuk berjihad.
Taliban masih sangat bergantung pada model propaganda konvensional yang terdesentralisasi, yang mana menurut pejabat militer AS adalah medan pertempuran yang penting. Contohnya adalah penyebaran selebaran dengan ancaman atau pun permohonan, khotbah di masjid dan stasiun radio.
Internet - menjadi salah satu bukti terkuat yang dijadikan alat propaganda oleh Taliban beberapa tahun terakhir.
Situs website - taliban memiliki situs website resmi milik mereka sendiri yang didesain untuk menarik perhatian dengan penyebaran konten berita, pernyataan khotbah keagamaan, foto, vido, pesan audio, dsb. Sejak pertengahan 2005, para militan telah memelihara situs web multibahasa yang berulang kali mengubah penyedia layanan agar tidak ditutup.
Video - juru bicara taliban dikenal karena mengeksploitasi tawanan melalui propaganda seperti Prajurit Bergdahl yang ditangkap pada tahun 2009. Tiga video prajurit yang hilang telah dirilis, dan salah satunya saat natal. Dan pada 2010 , terdapat video tujuh menit dari tawanan menyusul.
Email - penggunaan email telah menjadi salah satu alat komunikasi aktif bagi gerilyawan. Dengan menggunakan email mereka dapat berkomunikasi dengan wartawan, kantor berita, surat kabar, majalah dan saluran radio maupun TV untuk bertanggung jawab atas serangan dan memberitakan pernyataan resmi dari kelompok taliban.
Metode taliban selanjutnya adalah surat malam, metode ini biasanya disertai dengan peringatan yang disampaikan dibawah gerbang atau dipaku ke pintu pada tengah malam. Selama pemilihan parlemen Afganistan pada tahun 2010, Taliban mengintimidasi penduduk desa di daerah-daerah tertentu untuk memilih parlemen. Orang-orang desa saat itu tidak memilih karena takut akan ancaman taliban, karena mereka meninggalkan surat yang berisi peringatan bahwa mereka akan memotong jari siapapun jika mereka menemukan orang yang terdapat tanda tinta yang digunakan saat memilih untuk mencegah pemilihan ganda.
Sources:
Thomas H. Johnson, Taliban Narratives: The Use and Power of Stories in the Afghanistan Conflict, Oxford University Press, 2018, p. xix
https://www.huffpost.com/entry/a-profile-of-the-talibans_b_442857
A Profile of the Taliban's Propaganda Tactics
http://www.sipri.org/research/conflict/publications/foxley
A SIPRI Project Paper June 2007.
https://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2010/10/01/AR2010100106644.html
U.S. struggles to counter Taliban propaganda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar