Hampir Ditipu Supir Taxi! Malacca, Malaysia.
btw, bukan dia supir taxinya. |
Untuk cerita sebelumnya bisa klik disini.
DAY FIVE – 8 JULI 2019
Perjalanan dimulai pukul 11 PM
dengan memakan waktu sekitar 3.5 jam. Memasuki imigrasi Malaysia dan Singapore,
kami tidak terlalu banyak menjalani pengecekan yang begitu ketat seperti yang
terjad di bandara pada umumnya. Karena memasuki imigrasi tepat tengah malam,
begitu sepi dan hanya ada rombongan dari bus yang kami tumpangi. Begitu cepat
tanpa basa basi menanyakan tempat bermalam ataupun tujuan berkunjung kami
langsung mendapatkan stempel imgrasi untuk memasuki Malaysia.
Didepan kursi kami terdapat
sepasang suami istri dengan tujuan yang sama, dengan logat batak yang kental
berbicara memalui telefon untuk mengurus hotel. Kamipun mencoba untuk
mengajaknya berbicara, ternyata hotel yang telah ia booking sebelumnya
mengalami masalah dan perlu melakukan booking ulang, cit cat pun berlanjut
menanyakan ini dan itu.
2:30 AM kami telah sampai di
Malacca Central, terminal yang cukup besar tetapi tidak ada kehidupan ketika
sudah lewat tengah malam, bahkan area sekitarnya pun juga sepi tidak seperti
kota besar yang terdapat berbagai resto atau keramaian 24 jam. Setelah semua
penumpang turun dari bus, satu per satu dari mereka meninggalkan terminal untuk
menuju ke rumah atau penginapan mereka masing-masing. Tersisa 4 orang laki-laki
termasuk kami, salah seorang laki-laki menghampiri kami menanyakan apakah kami
sudah memiliki tempat untuk beristirahat malam ini, menggunakan bahasa inggris
dan wajah lokal khas Asia Tenggara. Ternyata dia juga tidak menyewa sebuah
penginapan untuk malam ini, sama seperti kami. Akhirnya kami bertiga memutuskan
untuk masuk ke dalam terminal untuk mencari tempat beristirahat yang lebih nyaman,
terdapatlah kursi-kursi berjajar yang digunakan untuk penumpang menunggu
kedatangan bus. Kami banyak bercerita tentang pengalaman trip masing-masing
dari kami, dan juga tentunya berbicara mengenai negara kami masing-masing. Ia
bernama Joseph, backpacker asal Philippine yang memulai tripnya dari Singapore
dan menjadikan Malacca sebagai kota kedua dalam long tripnya, rencananya ia
juga akan mengunjungi negara-negara lainnya sampai dengan tujuan akhirnya Hanoi
di Vietnam.
Gue terbangun dari tidur sekitar
pukul 6, sinar matahari belum menembus dinginnya malam itu yang biasanya
matahari mulai terbit sekitar jam 7. Ketika terminal sudah memulai
aktivitasnya, kami segera bergegas untuk bersih diri dan mencari sesuatu untuk
mengisi perut. Memutari area sekitar dan menemukan rumah makan india yang masih
berada didalam gedung terminal.
Gue memesan roti prata atau biasa disebut dengan roti canai, yang membuat terkejut adalah harga roti canai telur yang didampingi dengan kuah kari hanya dibanderol sekitar 1.5 RM.
Gue memesan roti prata atau biasa disebut dengan roti canai, yang membuat terkejut adalah harga roti canai telur yang didampingi dengan kuah kari hanya dibanderol sekitar 1.5 RM.
Berkunjung ke Malacca ini
sebenarnya kami belum menentukan tujuan mana yang akan kami kunjungi begitu
pula dengan Joseph. Akhirnya kami bertiga sepakat untuk berkelana bersama pada
hari itu. Informasi yang kami dapatkan adalah Melaka Riverside, dari yang
terlihat tempatnya cukup bagus untuk dikunjungi, menggunakan grab car dengan
biaya sekitar 9 RM.
KAMI HAMPIR KENA TIPU! Saat berada didalam mobil dan
berbincang-bincang dengan drivernya menggunakan bahasa melayu yang seadanya,
dia mengatakan bahwa tujuan yang kami pilih di aplikasi adalah suatu pantai
kosong yang tidak terdapat apa apa, panas, tidak menarik untuk dikunjungi dan
sebagainya, dia berkata. Dan kami menjelaskan akhirinya tujuan yang sebenarnya
ingin kita tuju adalah riverside yang telah kami tunjukkan fotonya kepada
drivernya. Ia mengatakan tahu tepat itu tetapi kami harus menambah biaya lagi
jikalau ingin diantarkan ke tempat tersebut dengan nenambah biaya sekitar 10
RM, Yudhiet berbisik menggunakan bahasa jawa kalau tempat yang sebenarnya akan
kami kunjungi sudah tidak jauh lagi dari lokasi terakhir kami, karena dia
selalu menggunakan GPS. Kami diturunkan tepat ditengah jembatan di pinggir
jalan raya, dan ia masih tetap berusaha untuk menarik kami agar mau nenambah
biaya agar bisa diantarkan, tapi kami tetap bilang tidak sembari menurunkan
barang-barang bawaan kami dari bagasi mobil.
Menghampiri orang yang berada
disekitar lokasi itu dan menanyakan arah mana yang harus kami tuju untuk
mencapai riverside Melaka tersebut. Akhirnya seorang yang sedang membersihkan
halaman memberitahu kami jalan yang harus kami tempuh.
Dan sampailah kami di sungai
Melaka, sungainya cukup lebar dan kanan kirinya sudah tertata untuk tempat
wisata. Ada semacam perahu atau boat gitu yang sedang bersandar dipinggir
sungai, dan lampu-lampu dipinggir sungai, yang kelihatannya bagus kalau menyala
dimalam hari. Tapi sayangnya kita kesana pada pagi hari yang mana masih sangat
sepi dan itu hari Senin pula. Didepan kami terdapat sebuah replika kapal yang
cukup besar, yang ternyata itu adalah sebuah museum, yaitu Museum Maritim de la
Mar, wisatawan bisa memasuki kapal itu dengan membayar. Disampingnya terdapat Muzium
Kastam, atau Museum of Royal Malaysian Customs Dept. Karena kami bingung tempat
apa yang bisa kami kunjungi pada pagi itu, kami melihat museum ini sudah buka
pada pukul 9, tepat setelah kedatangan kami. Akhirnya kami memasuki museum yang
masuknya tanpa membayar ini. Dimuseum ini menunjukkan berbagai macam sejarah
customs Melaka pada saat zaman penjajahan dahulu.
Akhirnya setelah mengelilingi
museum kami sempat sedikit mengobrol dengan pekerja yang ada disana, untuk
bertanya-tanya mengenai apa saja yang bisa kami kunjungi di daerah ini. Dan
ternyata kami mengunjungi daerah yang sangat tepay, dimana berbagai peninggalan
kuno Melaka berada. Tak jauh dari muzium kastam, terdapat sebuah bangunan kuno.
A Famosa, benteng peninggalan Portugis yang dibangun 5 abad silam, yang
didirikan untuk mempertahankan kekuasaan Portugis karena pada saat itu Melaka
menjadi pusat perebutan kekuasaan sehingga banyak serangan yang ditujukan
kesana. Serangan dari Belanda hampir menghancurkan seluruh benteng ini, hingga
kini hanya tersisa sebagian gerbang utama dan struktur sebuah gereja di puncak
bukit bernama St Paul. Karena letaknya dipuncak bukit jadi harus menaiki
puluhan anak tangga untuk mencapai lokasinya. Walaupun St Paul hanya tersisa
reruntuhannya saja, tetap saja menjad highlite wisata di Melaka. Dari atas
bukit St Paul, kalian bisa melihat indahnya Kota tua Melaka dari ketinggian.
Beranjak dari reruntuhan gereja,
kami menuju sebuah kawasan bangunan yang semuanya berwarna merah, Red
Buildings. Di pusat komplek heritage Melaka ini terdapat Christ Church juga The
Stadthuys, didepannya terdapat Clock Tower yang menjadi salah satu ikon Melaka.
Seberang jalan mengalirlah sungai Melaka. Gereja merah ini didirikan tahun 1753
saat era Belanda di Melaka.
Sebenarnya di dekat sungai Melaka
ini juga terdapat sebuah streed food bernama Jongker. Tetapi hanya dibuka saat
weekend saja, kebetulan itu hari senin jadi tidak ada keramaian. Tak jauh dari
situ ada sebuah area yang penuh dengan mural bagus bernama Khiel’s yang
tentunya tak kami lewatkan untuk mengambil beberapa foto.
Didepan Clock Tower terdapat kedai
Ais Cendol Jam Besar. Yang paling gue sukai adalah dari ais cendol ini terdapat
duriannya. Sangat segar diminum saat cuaca siang Melaka yang begitu membakar
kulit. Disini kami berpisah dengan Joseph yang akan melakukan cek in hotelnya,
dan kami yang akan melanjutkan perjalanan ke Kuala Lumpur lagi karena kami juga
tidak memesan hostel untuk malam ini di Melaka.
Sebelum kembali ke Melaka Sentral, kami
berkunjung dulu ke sebuah kedai yang sangat terkenal, yaitu Klebang Original
Coconut Shake. Sebuah kedai coconut shake yang sangat luas dengan pengunjung
yang sangat ramai, berlokasi di Lot 130, Solok Kampung Bahagia, Klebang Besar,
Melaka.
Kami mengetahui tempat ini dari sebuah vlog yang menjadikan kami
tertarik untuk mencoba bagaimana sensasinya. Harganya yang cukup bersahabat
membuat kedai ini ramai dikunjungi apalagi saat siang hari, coconut milk shake
yang biasa dihargai RM1.7 dan RM2.2 untuk coconut milk shake with ice cream.
Disana juga terdapat berbagai jenis gorengan yang disediakan. Jaraknya hanya
sekitar 6 km dari kawasan heritage Melaka tempat kami mencoba ais cendol durian
tadi.
Dan di sore harinya kami menuju
Melaka Sentral untuk kembali ke Kuala Lumpur.
Melaka sentral |
Sesampai di TBS betapa kami tercengangnya melihat bagunan
terminal ini hampir seperti bandara, begitu luasnya dan bagus, mungkin karena
kebanyakan terminal di Indonesia tidak seperti ini jadi cukup membuat kami
terkagum-kagum dan juga di area pintu masuk disediakan trolly layaknya di
bandara.
TBS |
Dan menurut informasi disini juga melayani keberangkatan dan kedatangan internasional seperti Singapore, Thailand, Kamboja, Vietnam dan Laos. Transportasi penghubung untuk menuju pusat kota atau pun menuju KL Sentral sangat bervariasi bisa menggunakan KLIA Transit, KTM Komuter, dan Rapid KL Sri Petaling – Sentul Timur. Dengan menggunakan KTM Komuter seharga RM2.4 sudah bisa mengantarkan ke KL Sentral. Dan untuk mencapai hostel kami di Bukit Bintang bisa menggunakan laluan monorail kemudian berhenti di stasiun Bukit Bintang – AirAsia.
Selepas maghrib sekitar pukul 7 pm,
kami berencana untuk mengeksplore chinatown KL. Karena jaraknya yang nggk
jalan-able jadi harus memesan grab car untuk pergi kesana. Saat malam hari
banyak sekali kedai-kedai yang menjajakan makanan dan juga berbagai jenis
barang yang lainnya.
Dan kami tertarik untuk mengunjungi salah satu kedai di
trotoar yang menjual claypot chicken rice dan Portuguese grill fish, namanya
Hong Kee .
1 porsi claypot itu sangat besat dan cukup untuk 2 orang dan grill
fishnya juga manteb banget bumbunya. Overall rasanya sangat enak sekali, gurih
dan penuh rempah-rempah. Harus banget mampir kesini kalau kalian sedang berada
di KL.
Namun, Yudhiet bilang rasanya sosisnya agak berbeda dari sosis biasanya,
gue juga nggak paham seperti apa, tapi dia bilang kemungkinan ini sosis babi,
tapi karena nggak jelas juga jadi kami habiskan saja itu semua makanan di meja,
hehehe tapi keduanya dengan harga sekitar RM40 sangat worth it. Kami juga
mencoba air mata kucing yang berada di chinatown ini dan rasanya enak banget.
Selain itu kami juga melihat-lihat
sepanjang jalan dan memasuki beberapa toko yang menjual oleh-oleh. Dan akhirnya
gue membeli 1 totebag seharga RM10, dan permen coklat yang dijual sepaket 3
bungkus dengan harga yang bervariasi, mulai dari 3 for RM39, 3 for RM65, sampai
3 for RM105. Kami hanya membeli 1 paket yang berisi 3 bungkus besar
masing-masing 350 gr, 1 untuk yudhiet dan gue 2 bungkus.
Dikarenakan malam pertama kami di
KL saat mengunjungi Petronas Tower kurang beruntung karena sudah terlalu larut
malam dan lampu-lampu petronas sudah dimatikan, jadi malam ini setelah perut
terisi kami mengunjunginya lagi sekalian berjalan-jalan santai menyusuri
jalanan KL sembari melihat-lihat sekeliling kota, memanfaatkan waktu semaksimal
mungkin jangan sampai terlalu lama menganggur di dalam Hostel, hahaha.
Cerita berikutnya dapat kalian klik disini.
follow instagram @khafid_nrd untuk bertanya apapun mengenai perjalanan ini..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar