Naik Scoot Seharga Tiket Bus
Untuk cerita sebelumnya bisa klik disini.
DAY TWO – 5
JULI 2019
Dikarenakan terlalu lelah di
hari pertama kedatangan kami di kota ini, sehingga hari ini kami tidak bisa
memulai aktivitas pada awal hari. Sekitar pukul 8 kami baru bangun, mungkin
juga dikarenakan tidak adanya cahaya yang masuk ke dalam kamar, jadi terasa
seperti malam terus. Dan di kota ini matahari terbit juga tidak sepagi di
Jakarta, sekitar pukul 7 matahari baru menampakkan sinarnya.
Semangat
kami hari ini membawa kami ke sebuah tempat dimana akan banyak tercium bau
dupa. Salah satu Kuil Hindu yang paling terkenal di luar India, Batu Caves, Selangor.
Tempat yang menjadi salah satu tujuan turis ini berlokasi tidak jauh dari pusat
kota. Untuk mencapai Batu Caves ini, kalau posisi awal berada di Bukit Bintang,
naik Monorail tujuan KL Sentral, berganti ke KTM Komuter dan mengambil platform
3 dengan biaya tiket sebesar RM2.6. Demi mencapai Stesen Batu Caves (dalam
bahasa Melayu, Stasiun = Stesen) melewati 7 titik pemberhentian dan memakan
waktu 30 menit.
Setibanya di
stasiun tujuan, pintu terbuka dan bau dupa sudah tercium menyengat di hidung.
Sepanjang mata memandang, banyak etnis asli India yang mengenakan pakaian khas
orang India, dan juga banyak yang tidak mengenakan alas kaki, mungkin akan
melakukan ibadah atau semacamnya. Saat sudah memasuki kawasan kuil, sudah
disambut dengan Patung Murugan yang menjulang tinggi berwarna emas. Didepannya
banyak sekali burung merpati dibagian halaman depan, dan juga monyet-monyet
yang bermain diatas kuil maupun di pepohonan sepanjang 272 anak tangga yang
berwarna-warni, yang menjadikan Batu Caves memiliki ketertarikan sendiri.
Di kawasan
Batu Caves ini juga terdapat sebuah tempat bernama Dark Caves, di tempat ini
kalian dapat mengeksplorasi gua yang di dalamnya memang terdapat flora dan
fauna yang dilindungi. Untuk memasuki area ini dikenakan biaya masuk sebesar
RM35 untuk dewasa, sedangkan anak anak RM15. Durasi eksplorasi dalam tur
tersebut sekitar 45 menit dengan panjang gua yang dilalui sekitar 850 meter
dengan minimal peserta berjumlah 15 orang.
Banyak
stalagmit dan stalagtit didalam gua kapur ini yang memukau, apalagi ketika
sudah memasuki muka gua terdapat patung kecil yang menyambut kami, dan disisi
sebelah kanan terdapat kuil kecil dan juga penjual souvenirs. Semakin ke dalam,
terdapat bangunan kuil yang penuh dengan warna dan patung-patung yang indah,
yang tentunya banyak orang yang sedang beribadah didalamnya. Perjalanan
berlanjut menuju ujung gua, harus menapaki anak tangga lagi, dan disitu
terdapat lubang yang membuat cahaya matahari masuk ke dalam gua, dimana hal itu
menambah eksotisme dari Batu Caves ini.
Setelah puas
menikmati sekeliling gua, dan juga mendapatkan foto-foto yang diinginkan. Sekitar
pukul 11 kami segera kembali ke KL Sentral dikarenakan itu hari jumat jadi juga
mempersiapkan untuk sholat jumat. Karena waktu sholat jumat masih agak lama,
kami memutuskan untuk mencari makan diluar area KL Sentral, karena sedari kami
berangkat belum sempat terisi makanan sama sekali. Kami mencari makanan agak
sedikit kesulitan karena bingung dengan menu makanan khas India yang banyak
tersedia disana, dikarenakan disitu memang kawasan etnis asli India berkumpul
jadi tidak heram. Disebuah gang menemukan sebuah tepat makan yang terdapat
papan menunya yang bisa kita lihat, disitu menjual sejenis ayam, bernama Ayam
Peratal. Ternyata berisi nasi dan ayam yang bentuk ayamnya terpotong
kecil-kecil dengan bumbu dan rempah-rempah khas India yang sangat kuat,
ditemani dengan sebuah soup bening yang tidak terlalu banyak isinya.
Setelah
selesai makan, kami beranjak untuk menunaikan ibadah sholat jumat. Pada awalnya
bingung untuk mencari masjid terdekat, tetapi kemudian kami mengikuti
orang-orang yang berpakaian rapi bak pegawai tetapi menggunakan sendal dan juga
orang yang menggunakan peci, pasti tujuannya tak lain dan tak bukan adalah
masjid. Tak lama setelah jalan kami menemukan masjidnya, tak begitu besar tapi
cukup ramai dengan jamaah. Air wudhu pun telah diambil dan duduk untuk
mendengarkan kutbah. Setelah kami dengarkan dengan seksama orang yang kami
anggap khatib itu menyampaikan pesannya lewat bahasa yang tidak kami mengerti.
Yaitu dalam bahasa Tamil atau bahasa India, yang membuat kami bingung adalah,
apakah semua orang disini mengerti bahasa itu? Karena tidak semua yang menjadi
jamaah adalah orang asli keturunan India walaupun memang masjidnya terletak
dikawasan etnis India. Cukup lama sekitar 30 menit layaknya khutbah seperti
biasanya, namun setelah itu berganti orang, dan orangnya ini adalah keturunan
melayu yang memulai untuk membuka kutbah dengan bacaan-bacaan doa yang biasa
kami dengar di masjid Indonesia pada umumnya. Dan ternyata barulah kutbahnya
dimulai, dalam benak bertanya, selama itu tadi dia siapa dan apa yang dia
sampaikan? Belum terjawab sampai sekarang.
Kemudian
dilanjutkan dengan mencari tiket bus untuk mengantarkan kami ke KLIA2 dibagian
kalau tidak salah lower ground dari KL Sentral, karena malam harinya kami akan
terbang ke Singapore pukul 22:30, jadi kami memesan bus keberangkatan sore agar
tidak terlalu terburu-buru berangkatnya karena membutuhkan waktu yang tidak
sebentar. Terkejutnya kami bahwa harga bus untuk ke KLIA2 dari KL Sentral hanya
RM12, lebih murah 4 kali lipat dibanding dengan naik KLIA Express. Then, kami
pulang kembali ke penginapan untuk bersih diri dan juga mempersiapkan pakaian
yang perlu dibawa.
Selama kami
di Malaysia, kami selalu melakukan penarikan langsung dari ATM yang tersedia
dan terkoneksi dengan Mastercard atau Visa, bisa DBS atau UOB. Tetapi tipsnya
adalah jangan melakukan pengambilan uang dengan nominal yang sedikit, atau
kalian akan merugi karena setiap pengambilan tunai dikenai charge sekitar Rp
50.000.
Sesampainya kembali kami di KL
Sentral , seperti yang sudah kami jelaskan diawal, KL Sentral juga terintegrasi
dengan mall, sembari menunggu jam kedatangan bus memutari mall adalah hal yang
menarik untuk dilakukan, dan ujung-ujungnya gue tertarik untuk membeli hal yang
sudah sangat lazim gue minum di Jakarta, Chatime. Dengan penampilan yang sama
dan rasa yang tidak berbeda bahkan harga yang tidak jauh berbeda.
Kemudian kami menuju kounter bus
dimana tempat kami memesan tiket bus tadi, disitu juga ada counter bus lainnya,
tidak hanya satu. Setelah busnya sampai dan kami dipersilakan masuk, ternyata
fasilitas busnya bagus dan sangat nyaman untuk tidur disepanjang perjalanan
yang lebih dari 1.5 jam itu. Saat kami melakukan perjalanan menuju airport,
hujan turun mengguyur panasnya Kuala Lumpur pada hari itu. Membawa kami ke
dunia bawah alam sadar karena energi sudah terkuras banyak sejak pagi hari.
Sesampainya di airport kami
berkeliling dulu karena boarding time kami juga masih bebarapa jam lagi.
Terlihatlah sebuah food court, suara perut sudah tidak bisa tertahankan.
Lagi-lagi terlihat berbagai makanan dengan aroma khas rempah-rempah yang sangat
kuat, NZ Curry House, kedai makanan yang kami pilih. Nasi briyani ditambah
daging sangatlah menggoda, bentuk nasinya yang besar dan lebih panjang daripada
nasi yang biasa kami makan di Indonesia, banyak tabahan kayu manis dan cengkeh
saat pengolahannya, daging kambing yang begitu empuk memudahkannya untuk
melewati mulut. Seharga RM12.7 untuk satu porsi tidaklah begitu untuk makanan
sekelas ini, kurs Rp 3.400 pada waktu itu setara dengan Rp 43.000.
Perut sudah terisi, sudah siap
untuk melakukan check in, counter check in di KLIA2 sangatlah banyak karena
memang terminal ini sangat lah besar sehingga untuk mencapai gate tertentu bisa
mencapai ratusan meter dari area utama check in (kejadian menarik di flight
kami menuju Jakarta, akan diceritakan di hari terakhir). Tidak butuh lama
karena juga tidak terlalu banyak orang yang mengantri pada waktu itu. Pengecekan
bagasi selalu dilakukan sebelum keberangkatan, pada saat berangkat dari Jakarta
semua bawaan kami aman tidak ada yang di sita hanya air minum yang perlu
dibuang karena tumblrnya masih digunakan kembali. Saat keberangkatan dari KLIA2
menuju Singapore ini lebih ketat, saat pengecekan petugas imigrasi meminta
untuk membukakan tas yang gue bawa, ternyata body lotion dan parfume yang gue
bawa melebihi batas yang diperbolehkan, yaitu 100 ml. Jadi yang tersisa
hanyalah face wash yang diperbolehkan dibawa, padahal itu parfume baru dibeli
sebelum keberangkatan kami, untungnya harga parfumenya tidak terlalu mahal jadi
tidak terlalu menyesal.
Ruang tunggu sebelum keberangkatan
kami cukup terbilang bagus jika dibandingkan dengan ruang tunggu terminal 1
Soekarno-Hatta, entah kalau dengan terminal 3 ultimate Soekarno Hatta.
Perjalanan kami dimulai pukul 22:30
dan memerlukan durasi sekitar 1 jam 10 menit. Saat di dalam pesawat, para
pramugari menawarkan form imigrasi untuk foreign tourist agar dapat diisi
terlebih dahulu supaya proses di imigrasi lebih cepat. Memasuki Singapore, malam hari begitu terang
sekali, kota bermandikan cahaya lampu.
Cerita berikutnya dapat kalian klik disini.
follow instagram @khafid_nrd untuk bertanya apapun mengenai perjalanan ini..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar