Berburu Street Food & Cokelat di Chinatown Kuala Lumpur
Untuk cerita sebelumnya bisa klik disini.
DAY SIX – 9 JULI 2019
Sebenarnya hari ini kami tidak ada
rencana khusus untuk mengunjungi tempat apa, jadi lebih santai dan tidak akan
mengunjungi tempat yang jauh-jauh. Karena gue pernah melihat vlog JWestBros dan
dia pernah mengunjungi suatu tempat makan nasi kandar yang lokasinya ternyata
tidak jauh dari penginapan kami tetaptnya berada dibalik jalan Alor, bernama
TG’s Nasi Kandar.
Tak lama setelah berjalan menyusuri jalan alor yang masih
begitu sepi di pagi hari dan melewati gang yang sesuai diberikan google maps, sampailah
di kedai makan ini. Yang kami lihat meja-meja makannya masih terisi beberapa
orang saja belum terlalu ramai karena masih sekitar jam 9 atau 10 pagi.
Seperti
biasa porsi nasi kandar yang disajikan sangat banyak dan karena lapar gue juga
memesan menu tambahan yaitu udang. Dan makanan utama belum habis pun perut
sudah tidak bisa menampung lagi semua makanan yang ada dimeja, bahkan udangnya
belum gue sentuh sama sekali.
Selepas dari kedai nasi kandar
tadi, kami mencoba berjalan-jalan kembali ke Chinatown dan ingin menikmati
suasananya ketika pagi hari, memang tidak terlalu banyak pedagang seperti saat
sore hari yang sampai jalanan penuh pedagang. Tetapi saat itu juga toko-toko
penjual souvenir sudah terbuka dan beberapa penjual lainnya yang memang hanya
berjualan di pagi dan siang hari.
Sebelumya gue mendapat saran dari culinary
vlog Strictly Dumpling kalau disini
ada sebuah kedai yang menjual mochi dan sudah sangat melegenda apalagi
penjualnya adalah nene yang sudah tua, dia menggunakan speaker untuk mengundang
pengunjung untuk mampir ke kedainya gue nggak paham bahasa yang digunakan entah
itu mandarin atau apa tapi saat gue memasuki area chinatown gue mendengar suara
itu dan gue teringat vlog yang pernah gue tonton sebelumnya, bergegaslah kami
mencari sumber suara itu dan menemukan nene penjual mochi tersebut.
Satu
bungkus mika persegi dijual dengan harga RM5, cukup murah dan ada berbagai
jenis rasa. Karena kami belum tau bagaimana rasanya jadi kami hanya membeli
satu bungkus. Tak bisa terlupakan, rasanya sangat enak dan belum pernah gue
mencoba mochi seenak ini, selain hong kee claypot, mochi ini must try banget
kalau kalian ke KL, namanya Madam Tang’s Mochi.
Selain itu juga ada penjual daging
bebek yang menurut sepengelihatan kami itu sangat enak sekali dilihat dari
bentuk irisan dagingnya yang sangat menggoda, tetapi harganya tidak murah juga
sepotongnya dijual dengan harga sekitar RM30-40. Tetapi kami tidak membelinya
karena juga memikirkan masalah harganya dan juga perut kami yang sudah tidak
muat lagi untuk dimasuki makanan lain.
Nah, kami kembali memasuki toko
oleh-oleh lagi karena kami merasa hanya membawa 2 bungkus permen coklat yang
kami beli kemarin belum cukup, hehehe. Jadi membeli beberapa bungkus lagi untuk
dibawa pulang.
Total permen coklat yang gue bawa pulang adalah 1kg saat gue
beli di Bugis, 700 gr yang gue beli kemarin, dan 3 bungkus yang gue beli hari
ini seberat 1,25 kg jadi totalnya adalah 2,95 kg cukup berat untuk memenuhi
totebag gue hahaha.
Setelah berjalan-jalan cukup lama
gue berkeinginan lagi untuk membeli mochi madam Tang tadi dan juga sudah
berniat untuk membungkusnya, terkejutlah kami saat kesana dan ternyata tidak
menemukan lapaknya ditempat tadi, kami mencoba untuk mencarinya ke sekeliling
area itu dan ternyata sudah jauh menghilang entah kemana, sesuatu yang sangat
kami sesali untuk tidak membeli yang cukup banyak diawal tadi, berhubung itu
juga siang terakhir kami di KL jadi tidak mungkin untuk mencari keesokan
harinya lagi.
Area disekitar Bukit Bintang memang sangat ramai dan penuh dengan berbagai aktivitas. malam terakhir kami di Kuala Lumpur dihabiskan dengan bersantai dan berkeliling area sekitar, sejenak duduk di pinggir jalan sambil mendengarkan pengamen jalanan yang sedang bernyanyi ditengah keramaian. Tak tanggung-tanggung, Yudhiet dengan percaya diri maju untuk berduet dengan salah seorang penyanyinya membawakan sebuah lagu dangdut Indonesia.
Selain itu kami juga kembali mengunjungi jalan Alor untuk mencari makanan yang belum sempat kita coba saat pertama kali datang. Banyak kios yang menawarkan Durian Musang King, dengan harga yang tak main-main, tetapi sangat lezat dan berbiji sangat kecil, satu bungkus durian musang king dengan isi beberapa biji dikenai harga RM18.
Salah satu yang gue sukai adalah durian goreng, karena harganya yang murah juga dibandingkan dengan durian musang king, dijual dengan harga RM10 untuk 3 pcs. Selain itu juga terdapat giant squid.
Karena jadwal flight kami dari Kuala Lumpur pagi sekitar jam 7, maka kami antisipasi untuk berangkat tengah malam dari KL menaiki bus yang sama di KL Central seharga RM12 sekitar pukul 1 malam. sesampainya disana kami mencari tempat untuk tidur beberapa saat menunggu pagi tiba.
Gue bangun sekitar pukul 5 kurang, dan langsung bersiap-siap untuk check in, setelah bertanya pada receptionist dia bilang jika kami harus segera menuju gate kami, karena jarak dari tempat check in yang sangat jauh dan waktunya sudah tidak lama lagi, kami disuruh untuk menerobos barisan antrean masuk yang cukup panjang, tetapi security disana tidak mengizinkan kami untuk mendahului. Dengan keadaan hati yang dag dig dug kami bersabar menunggu. setelah lewat pengecekan barang, kami langsung berlari sebisa mungkin karena memang gate yang kami tuju cukup jauh dari tempat asal kami berada. Beberapa penumpang lain yang melihat kami berlari, secara otomatis mengikuti kami yang juga berlari, padahal sebenarnya kami juga tidak mengerti apakah mereka sama tujuannya dengan kami ke Jakarta. Untung sesampainya disana kami masih tepat waktu dan bisa memasuki pesawat.
Begitulah pengalaman kami berdua menjelajahi Malaysia dan Singapore dengan budget yang masih available dikantong mahasiswa. Jika ada pertanyaan bisa berkirim DM di @khafid_nrd atau @yudhietnp.