Selasa, 17 Maret 2020

6 HARI TRAVELING MALAYSIA DAN SINGAPORE - PART 6/6


Berburu Street Food & Cokelat di Chinatown Kuala Lumpur



Untuk cerita sebelumnya bisa klik disini.



DAY SIX – 9 JULI 2019

Sebenarnya hari ini kami tidak ada rencana khusus untuk mengunjungi tempat apa, jadi lebih santai dan tidak akan mengunjungi tempat yang jauh-jauh. Karena gue pernah melihat vlog JWestBros dan dia pernah mengunjungi suatu tempat makan nasi kandar yang lokasinya ternyata tidak jauh dari penginapan kami tetaptnya berada dibalik jalan Alor, bernama TG’s Nasi Kandar.


 Tak lama setelah berjalan menyusuri jalan alor yang masih begitu sepi di pagi hari dan melewati gang yang sesuai diberikan google maps, sampailah di kedai makan ini. Yang kami lihat meja-meja makannya masih terisi beberapa orang saja belum terlalu ramai karena masih sekitar jam 9 atau 10 pagi. 




Seperti biasa porsi nasi kandar yang disajikan sangat banyak dan karena lapar gue juga memesan menu tambahan yaitu udang. Dan makanan utama belum habis pun perut sudah tidak bisa menampung lagi semua makanan yang ada dimeja, bahkan udangnya belum gue sentuh sama sekali.


Selepas dari kedai nasi kandar tadi, kami mencoba berjalan-jalan kembali ke Chinatown dan ingin menikmati suasananya ketika pagi hari, memang tidak terlalu banyak pedagang seperti saat sore hari yang sampai jalanan penuh pedagang. Tetapi saat itu juga toko-toko penjual souvenir sudah terbuka dan beberapa penjual lainnya yang memang hanya berjualan di pagi dan siang hari. 


Sebelumya gue mendapat saran dari culinary vlog Strictly Dumpling kalau disini ada sebuah kedai yang menjual mochi dan sudah sangat melegenda apalagi penjualnya adalah nene yang sudah tua, dia menggunakan speaker untuk mengundang pengunjung untuk mampir ke kedainya gue nggak paham bahasa yang digunakan entah itu mandarin atau apa tapi saat gue memasuki area chinatown gue mendengar suara itu dan gue teringat vlog yang pernah gue tonton sebelumnya, bergegaslah kami mencari sumber suara itu dan menemukan nene penjual mochi tersebut. 




Satu bungkus mika persegi dijual dengan harga RM5, cukup murah dan ada berbagai jenis rasa. Karena kami belum tau bagaimana rasanya jadi kami hanya membeli satu bungkus. Tak bisa terlupakan, rasanya sangat enak dan belum pernah gue mencoba mochi seenak ini, selain hong kee claypot, mochi ini must try banget kalau kalian ke KL, namanya Madam Tang’s Mochi.


Selain itu juga ada penjual daging bebek yang menurut sepengelihatan kami itu sangat enak sekali dilihat dari bentuk irisan dagingnya yang sangat menggoda, tetapi harganya tidak murah juga sepotongnya dijual dengan harga sekitar RM30-40. Tetapi kami tidak membelinya karena juga memikirkan masalah harganya dan juga perut kami yang sudah tidak muat lagi untuk dimasuki makanan lain.


Nah, kami kembali memasuki toko oleh-oleh lagi karena kami merasa hanya membawa 2 bungkus permen coklat yang kami beli kemarin belum cukup, hehehe. Jadi membeli beberapa bungkus lagi untuk dibawa pulang.




 Total permen coklat yang gue bawa pulang adalah 1kg saat gue beli di Bugis, 700 gr yang gue beli kemarin, dan 3 bungkus yang gue beli hari ini seberat 1,25 kg jadi totalnya adalah 2,95 kg cukup berat untuk memenuhi totebag gue hahaha.




Setelah berjalan-jalan cukup lama gue berkeinginan lagi untuk membeli mochi madam Tang tadi dan juga sudah berniat untuk membungkusnya, terkejutlah kami saat kesana dan ternyata tidak menemukan lapaknya ditempat tadi, kami mencoba untuk mencarinya ke sekeliling area itu dan ternyata sudah jauh menghilang entah kemana, sesuatu yang sangat kami sesali untuk tidak membeli yang cukup banyak diawal tadi, berhubung itu juga siang terakhir kami di KL jadi tidak mungkin untuk mencari keesokan harinya lagi.


Area disekitar Bukit Bintang memang sangat ramai dan penuh dengan berbagai aktivitas. malam terakhir kami di Kuala Lumpur dihabiskan dengan bersantai dan berkeliling area sekitar, sejenak duduk di pinggir jalan sambil mendengarkan pengamen jalanan yang sedang bernyanyi ditengah keramaian. Tak tanggung-tanggung, Yudhiet dengan percaya diri maju untuk berduet dengan salah seorang penyanyinya membawakan sebuah lagu dangdut Indonesia.


Selain itu kami juga kembali mengunjungi jalan Alor untuk mencari makanan yang belum sempat kita coba saat pertama kali datang. Banyak kios yang menawarkan Durian Musang King, dengan harga yang tak main-main, tetapi sangat lezat dan berbiji sangat kecil, satu bungkus durian musang king dengan isi beberapa biji dikenai harga RM18.


Salah satu yang gue sukai adalah durian goreng, karena harganya yang murah juga dibandingkan dengan durian musang king, dijual dengan harga RM10 untuk 3 pcs. Selain itu juga terdapat giant squid.





Karena jadwal flight kami dari Kuala Lumpur pagi sekitar jam 7, maka kami antisipasi untuk berangkat tengah malam dari KL menaiki bus yang sama di KL Central seharga RM12 sekitar pukul 1 malam. sesampainya disana kami mencari tempat untuk tidur beberapa saat menunggu pagi tiba.
Gue bangun sekitar pukul 5 kurang, dan langsung bersiap-siap untuk check in, setelah bertanya pada receptionist dia bilang jika kami harus segera menuju gate kami, karena jarak dari tempat check in yang sangat jauh dan waktunya sudah tidak lama lagi, kami disuruh untuk menerobos barisan antrean masuk yang cukup panjang, tetapi security disana tidak mengizinkan kami untuk mendahului. Dengan keadaan hati yang dag dig dug kami bersabar menunggu. setelah lewat pengecekan barang, kami langsung berlari sebisa mungkin karena memang gate yang kami tuju cukup jauh dari tempat asal kami berada. Beberapa penumpang lain yang melihat kami berlari, secara otomatis mengikuti kami yang juga berlari, padahal sebenarnya kami juga tidak mengerti apakah mereka sama tujuannya dengan kami ke Jakarta. Untung sesampainya disana kami masih tepat waktu dan bisa memasuki pesawat.

Begitulah pengalaman kami berdua menjelajahi Malaysia dan Singapore dengan budget yang masih available dikantong mahasiswa. Jika ada pertanyaan bisa berkirim DM di @khafid_nrd atau @yudhietnp.




6 HARI TRAVELING MALAYSIA DAN SINGAPORE - PART 5/6


Hampir Ditipu Supir Taxi! Malacca, Malaysia.

btw, bukan dia supir taxinya.

Untuk cerita sebelumnya bisa klik disini.

DAY FIVE – 8 JULI 2019


Perjalanan dimulai pukul 11 PM dengan memakan waktu sekitar 3.5 jam. Memasuki imigrasi Malaysia dan Singapore, kami tidak terlalu banyak menjalani pengecekan yang begitu ketat seperti yang terjad di bandara pada umumnya. Karena memasuki imigrasi tepat tengah malam, begitu sepi dan hanya ada rombongan dari bus yang kami tumpangi. Begitu cepat tanpa basa basi menanyakan tempat bermalam ataupun tujuan berkunjung kami langsung mendapatkan stempel imgrasi untuk memasuki Malaysia.

Didepan kursi kami terdapat sepasang suami istri dengan tujuan yang sama, dengan logat batak yang kental berbicara memalui telefon untuk mengurus hotel. Kamipun mencoba untuk mengajaknya berbicara, ternyata hotel yang telah ia booking sebelumnya mengalami masalah dan perlu melakukan booking ulang, cit cat pun berlanjut menanyakan ini dan itu.


2:30 AM kami telah sampai di Malacca Central, terminal yang cukup besar tetapi tidak ada kehidupan ketika sudah lewat tengah malam, bahkan area sekitarnya pun juga sepi tidak seperti kota besar yang terdapat berbagai resto atau keramaian 24 jam. Setelah semua penumpang turun dari bus, satu per satu dari mereka meninggalkan terminal untuk menuju ke rumah atau penginapan mereka masing-masing. Tersisa 4 orang laki-laki termasuk kami, salah seorang laki-laki menghampiri kami menanyakan apakah kami sudah memiliki tempat untuk beristirahat malam ini, menggunakan bahasa inggris dan wajah lokal khas Asia Tenggara. Ternyata dia juga tidak menyewa sebuah penginapan untuk malam ini, sama seperti kami. Akhirnya kami bertiga memutuskan untuk masuk ke dalam terminal untuk mencari tempat beristirahat yang lebih nyaman, terdapatlah kursi-kursi berjajar yang digunakan untuk penumpang menunggu kedatangan bus. Kami banyak bercerita tentang pengalaman trip masing-masing dari kami, dan juga tentunya berbicara mengenai negara kami masing-masing. Ia bernama Joseph, backpacker asal Philippine yang memulai tripnya dari Singapore dan menjadikan Malacca sebagai kota kedua dalam long tripnya, rencananya ia juga akan mengunjungi negara-negara lainnya sampai dengan tujuan akhirnya Hanoi di Vietnam.


Gue terbangun dari tidur sekitar pukul 6, sinar matahari belum menembus dinginnya malam itu yang biasanya matahari mulai terbit sekitar jam 7. Ketika terminal sudah memulai aktivitasnya, kami segera bergegas untuk bersih diri dan mencari sesuatu untuk mengisi perut. Memutari area sekitar dan menemukan rumah makan india yang masih berada didalam gedung terminal. 



Gue memesan roti prata atau biasa disebut dengan roti canai, yang membuat terkejut adalah harga roti canai telur yang didampingi dengan kuah kari hanya dibanderol sekitar 1.5 RM.


Berkunjung ke Malacca ini sebenarnya kami belum menentukan tujuan mana yang akan kami kunjungi begitu pula dengan Joseph. Akhirnya kami bertiga sepakat untuk berkelana bersama pada hari itu. Informasi yang kami dapatkan adalah Melaka Riverside, dari yang terlihat tempatnya cukup bagus untuk dikunjungi, menggunakan grab car dengan biaya sekitar 9 RM.


KAMI HAMPIR KENA TIPU! Saat berada didalam mobil dan berbincang-bincang dengan drivernya menggunakan bahasa melayu yang seadanya, dia mengatakan bahwa tujuan yang kami pilih di aplikasi adalah suatu pantai kosong yang tidak terdapat apa apa, panas, tidak menarik untuk dikunjungi dan sebagainya, dia berkata. Dan kami menjelaskan akhirinya tujuan yang sebenarnya ingin kita tuju adalah riverside yang telah kami tunjukkan fotonya kepada drivernya. Ia mengatakan tahu tepat itu tetapi kami harus menambah biaya lagi jikalau ingin diantarkan ke tempat tersebut dengan nenambah biaya sekitar 10 RM, Yudhiet berbisik menggunakan bahasa jawa kalau tempat yang sebenarnya akan kami kunjungi sudah tidak jauh lagi dari lokasi terakhir kami, karena dia selalu menggunakan GPS. Kami diturunkan tepat ditengah jembatan di pinggir jalan raya, dan ia masih tetap berusaha untuk menarik kami agar mau nenambah biaya agar bisa diantarkan, tapi kami tetap bilang tidak sembari menurunkan barang-barang bawaan kami dari bagasi mobil.

Menghampiri orang yang berada disekitar lokasi itu dan menanyakan arah mana yang harus kami tuju untuk mencapai riverside Melaka tersebut. Akhirnya seorang yang sedang membersihkan halaman memberitahu kami jalan yang harus kami tempuh.


Dan sampailah kami di sungai Melaka, sungainya cukup lebar dan kanan kirinya sudah tertata untuk tempat wisata. Ada semacam perahu atau boat gitu yang sedang bersandar dipinggir sungai, dan lampu-lampu dipinggir sungai, yang kelihatannya bagus kalau menyala dimalam hari. Tapi sayangnya kita kesana pada pagi hari yang mana masih sangat sepi dan itu hari Senin pula. Didepan kami terdapat sebuah replika kapal yang cukup besar, yang ternyata itu adalah sebuah museum, yaitu Museum Maritim de la Mar, wisatawan bisa memasuki kapal itu dengan membayar. Disampingnya terdapat Muzium Kastam, atau Museum of Royal Malaysian Customs Dept. Karena kami bingung tempat apa yang bisa kami kunjungi pada pagi itu, kami melihat museum ini sudah buka pada pukul 9, tepat setelah kedatangan kami. Akhirnya kami memasuki museum yang masuknya tanpa membayar ini. Dimuseum ini menunjukkan berbagai macam sejarah customs Melaka pada saat zaman penjajahan dahulu.


Akhirnya setelah mengelilingi museum kami sempat sedikit mengobrol dengan pekerja yang ada disana, untuk bertanya-tanya mengenai apa saja yang bisa kami kunjungi di daerah ini. Dan ternyata kami mengunjungi daerah yang sangat tepay, dimana berbagai peninggalan kuno Melaka berada. Tak jauh dari muzium kastam, terdapat sebuah bangunan kuno. 


A Famosa, benteng peninggalan Portugis yang dibangun 5 abad silam, yang didirikan untuk mempertahankan kekuasaan Portugis karena pada saat itu Melaka menjadi pusat perebutan kekuasaan sehingga banyak serangan yang ditujukan kesana. Serangan dari Belanda hampir menghancurkan seluruh benteng ini, hingga kini hanya tersisa sebagian gerbang utama dan struktur sebuah gereja di puncak bukit bernama St Paul. Karena letaknya dipuncak bukit jadi harus menaiki puluhan anak tangga untuk mencapai lokasinya. Walaupun St Paul hanya tersisa reruntuhannya saja, tetap saja menjad highlite wisata di Melaka. Dari atas bukit St Paul, kalian bisa melihat indahnya Kota tua Melaka dari ketinggian.




Beranjak dari reruntuhan gereja, kami menuju sebuah kawasan bangunan yang semuanya berwarna merah, Red Buildings. Di pusat komplek heritage Melaka ini terdapat Christ Church juga The Stadthuys, didepannya terdapat Clock Tower yang menjadi salah satu ikon Melaka. Seberang jalan mengalirlah sungai Melaka. Gereja merah ini didirikan tahun 1753 saat era Belanda di Melaka.




Sebenarnya di dekat sungai Melaka ini juga terdapat sebuah streed food bernama Jongker. Tetapi hanya dibuka saat weekend saja, kebetulan itu hari senin jadi tidak ada keramaian. Tak jauh dari situ ada sebuah area yang penuh dengan mural bagus bernama Khiel’s yang tentunya tak kami lewatkan untuk mengambil beberapa foto.




Didepan Clock Tower terdapat kedai Ais Cendol Jam Besar. Yang paling gue sukai adalah dari ais cendol ini terdapat duriannya. Sangat segar diminum saat cuaca siang Melaka yang begitu membakar kulit. Disini kami berpisah dengan Joseph yang akan melakukan cek in hotelnya, dan kami yang akan melanjutkan perjalanan ke Kuala Lumpur lagi karena kami juga tidak memesan hostel untuk malam ini di Melaka. 


Sebelum kembali ke Melaka Sentral, kami berkunjung dulu ke sebuah kedai yang sangat terkenal, yaitu Klebang Original Coconut Shake. Sebuah kedai coconut shake yang sangat luas dengan pengunjung yang sangat ramai, berlokasi di Lot 130, Solok Kampung Bahagia, Klebang Besar, Melaka. 


Kami mengetahui tempat ini dari sebuah vlog yang menjadikan kami tertarik untuk mencoba bagaimana sensasinya. Harganya yang cukup bersahabat membuat kedai ini ramai dikunjungi apalagi saat siang hari, coconut milk shake yang biasa dihargai RM1.7 dan RM2.2 untuk coconut milk shake with ice cream. Disana juga terdapat berbagai jenis gorengan yang disediakan. Jaraknya hanya sekitar 6 km dari kawasan heritage Melaka tempat kami mencoba ais cendol durian tadi.


Dan di sore harinya kami menuju Melaka Sentral untuk kembali ke Kuala Lumpur. 


Melaka sentral

 Sesampai di TBS betapa kami tercengangnya melihat bagunan terminal ini hampir seperti bandara, begitu luasnya dan bagus, mungkin karena kebanyakan terminal di Indonesia tidak seperti ini jadi cukup membuat kami terkagum-kagum dan juga di area pintu masuk disediakan trolly layaknya di bandara.


TBS

 Dan menurut informasi disini juga melayani keberangkatan dan kedatangan internasional seperti Singapore, Thailand, Kamboja, Vietnam dan Laos. Transportasi penghubung untuk menuju pusat kota atau pun menuju KL Sentral sangat bervariasi bisa menggunakan KLIA Transit, KTM Komuter, dan Rapid KL Sri Petaling – Sentul Timur. Dengan menggunakan KTM Komuter seharga RM2.4 sudah bisa mengantarkan ke KL Sentral. Dan untuk mencapai hostel kami di Bukit Bintang bisa menggunakan laluan monorail kemudian berhenti di stasiun Bukit Bintang – AirAsia.




Selepas maghrib sekitar pukul 7 pm, kami berencana untuk mengeksplore chinatown KL. Karena jaraknya yang nggk jalan-able jadi harus memesan grab car untuk pergi kesana. Saat malam hari banyak sekali kedai-kedai yang menjajakan makanan dan juga berbagai jenis barang yang lainnya.


 Dan kami tertarik untuk mengunjungi salah satu kedai di trotoar yang menjual claypot chicken rice dan Portuguese grill fish, namanya Hong Kee .


 1 porsi claypot itu sangat besat dan cukup untuk 2 orang dan grill fishnya juga manteb banget bumbunya. Overall rasanya sangat enak sekali, gurih dan penuh rempah-rempah. Harus banget mampir kesini kalau kalian sedang berada di KL.


 Namun, Yudhiet bilang rasanya sosisnya agak berbeda dari sosis biasanya, gue juga nggak paham seperti apa, tapi dia bilang kemungkinan ini sosis babi, tapi karena nggak jelas juga jadi kami habiskan saja itu semua makanan di meja, hehehe tapi keduanya dengan harga sekitar RM40 sangat worth it. Kami juga mencoba air mata kucing yang berada di chinatown ini dan rasanya enak banget.


Selain itu kami juga melihat-lihat sepanjang jalan dan memasuki beberapa toko yang menjual oleh-oleh. Dan akhirnya gue membeli 1 totebag seharga RM10, dan permen coklat yang dijual sepaket 3 bungkus dengan harga yang bervariasi, mulai dari 3 for RM39, 3 for RM65, sampai 3 for RM105. Kami hanya membeli 1 paket yang berisi 3 bungkus besar masing-masing 350 gr, 1 untuk yudhiet dan gue 2 bungkus.


Dikarenakan malam pertama kami di KL saat mengunjungi Petronas Tower kurang beruntung karena sudah terlalu larut malam dan lampu-lampu petronas sudah dimatikan, jadi malam ini setelah perut terisi kami mengunjunginya lagi sekalian berjalan-jalan santai menyusuri jalanan KL sembari melihat-lihat sekeliling kota, memanfaatkan waktu semaksimal mungkin jangan sampai terlalu lama menganggur di dalam Hostel, hahaha.

Cerita berikutnya dapat kalian klik disini.


follow instagram @khafid_nrd untuk bertanya apapun mengenai perjalanan ini..